Beranda | Artikel
Balasan Pada Hari Kiamat
Selasa, 14 September 2021

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi

Balasan Pada Hari Kiamat adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Ayat-Ayat Ahkam. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi, Lc. pada Kamis, 26 Dzuhijjah 1442 H / 5 Agustus 2021 M.

Ceramah Agama Islam Tentang Balasan Pada Hari Kiamat

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

فَكَيْفَ إِذَا جَمَعْنَاهُمْ لِيَوْمٍ لَّا رَيْبَ فِيهِ وَوُفِّيَتْ كُلُّ نَفْسٍ مَّا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ

Maka bagaimana jika Kami mengumpulkan mereka pada hari kiamat yang tidak ada keraguan tentang terjadinya. Dan setiap jiwa akan disempurnakan balasannya sesuai dengan apa yang dia lakukan dan mereka tidak didzalimi sama sekali.” (QS. Ali-Imran[3]: 25)

Ayat ini menjelaskan tentang beberapa hal:

Pertama, dalil tentang keagungan dari hari kiamat. Dimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Maka bagaimana apabila Kami kumpulkan mereka pada hari kiamat yang tidak ada keraguannya tentang hari tersebut. Dan setiap jiwa pasti akan disempurnakan balasannya sesuai dari apa yang diamalkannya”.

Kedua, pada ayat ini terdapat ratapan musibah untuk mereka yang tidak memiliki kecuali kerugian di hari tersebut. Dimana mereka rugi agama dan dunia mereka. Mereka akan menangis dihari tersebut.

Ketiga, penetapan tentang adanya hari kiamat. Hari yang tidak ada keraguan di dalamnya.

Keempat, orang yang ingkar terhadap hari akhir atau ragu tentangnya, maka dia kafir. Karena dia telah mendustakan firman Allah yang menyatakan bahwa hari tersebut tidak ada keraguan sama sekali.

Kelima, bahwa hari dimana semua akan dibalas dengan sempurna itu adalah hari kiamat. Hal ini dengan dasar firman Allah Ta’ala:  “Dan setiap jiwa akan dibalas dengan sempurna sesuai apa yang telah dia usahakan”.

Manusia terkadang diberi sedikit balasan dari apa yang dia lakukan di dunia. Hal ini sebagaimana firman Allah:

…وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا ‎﴿٢﴾‏ وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ…

Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, maka Allah akan memberikan jalan keluar dari kesempitannya dan Allah akan berikan dia rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (QS. At-Talaq[65]: 2-3)

Jadi ada jalan keluar dari kesempitan, luasnya rezeki, dimana Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka di dunia. Ini merupakan balasan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan di sana ada balasan lain yang lebih besar dan lebih manfaat, yaitu petunjuk. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَالَّذِينَ اهْتَدَوْا زَادَهُمْ هُدًى وَآتَاهُمْ تَقْوَاهُمْ

Dan orang-orang yang mendapatkan hidayah (petunjuk), Allah Subhanahu wa Ta’ala tambahkan hidayahNya untuk mereka. Dan Allah anugrahkan ketakwaan untuk mereka.” (QS. Muhammad[47]: 17)

Petunjuk dan amal shalih itu lebih utama dari harta. Karena hidayah itu jika Allah menambahkannya kepada seseorang, maka menjadi lapanglah dadanya, hatinya bersinar dan dia menjadi tenang. Kemudian ketakwaan menjadi sesuatu yang sangat mudah padanya dari segala sesuatu, dan amal-amal shalih menjadi kebahagiaan dirinya. Oleh karena hal tersebut Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

جُعِلَتْ قُرَّةُ عَيْنِي فِي الصَّلَاةِ

“Dijadikan indah pandangan mataku dalam shalat.” (HR. Ahmad dan Nasa’i)

Orang yang beriman itu semua amal shalihnya menjadi penyejuk jiwanya, indah pada pandangan matanya. Hal ini karena dalam setiap amal shalihnya dia merasakan dua hal yang sangat besar, yaitu:

  1. Dia beribadah kepada Allah Ta’ala dengan amal shalih sehingga dia tambah tunduk dan menghinakan diri untuk Rabbnya. Dia tambah cinta dan tambah kembali kepadaNya.
  2. Dengan amal shalihnya ia berarti mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam (orang yang paling mulia). Ketika melakukan ibadah itu dia merasa bahwa imamnya adalah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Sehingga bertambahlah cintanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan pengagungan terhadap sabdanya. Kemudian bertambah dia mengagungkan petunjuk dan sunnah beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Jika engkau mendapatkan ini dalam ibadah dan ketakwaan, maka ini merupakan amalan yang paling besar.

Keenam, Allah dinafikan dari sifat kedzaliman. Penafian kedzaliman itu karena kesempurnaan keadilan. Maka dari ini kita ambil kaedah bahwa setiap sifat yang dinafikan oleh Allah dari diriNya, maka sesungguhnya dimaksudkan dengannya penetapan kesempurnaan dari kebalikan sifat tersebut.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download dan simak mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download MP3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/50677-balasan-pada-hari-kiamat/